June 28, 2012

Kanoute Relakan Gaji Setahun untuk Masjid

REPUBLIKA.CO.ID, SEVILLA – Hingar bingar panggung sepak bola Eropa tidak membuat Frederic Oumar Kanoute lupa daratan. Gelimang uang dari industri olah raga termegah di dunia itu justru digunakan penyerang kelahiran Prancis itu untuk kemaslahatan umat.
Kanoute yang kini bermain untuk klub Spanyol, Sevilla, tak pernah segan menampakkan ketaatannya sebagai seorang Muslim di mana pun berada. Pencetak gol terbanyak Liga Spanyol 2006-2007 itu bahkan rela menyisihkan sebagian hartanya untuk memelihara syiar Islam.
Pada tahun 2007, komunitas muslim Sevilla terancam tidak dapat menggelar shalat Jumat berjamaah ketika masjid di kota itu nyaris ditutup. Izin penggunaan masjid di wilayah Ponce De Leon itu habis dan terpaksa dijual kepada publik. Kanoute tampil sebagai penyelamat dengan membeli masjid itu seharga 700 ribu dolar AS atau setara dengan Rp 6,6 miliar.
Untuk menyelamatkan masjid itu, Kanoute harus rela menyisihkan sekitar satu tahun gajinya di Sevilla. Meski demikian, Kanoute tetap tawadlu dan enggan berkomentar atas amal mulianya itu.
“Jika Kanoute tidak membelinya, mungkin kami tidak akan lagi bisa beribada shalat Jumat,” kata seorang juru bicara Islamic Community of Spain kepada media lokal Diario de Sevilla.
Kanoute menjadi mualaf pada tahun 1997. Ia memutuskan untuk pindah kewarganegaraan dan membela tim nasional Mali pada tahun 2004. Ia kemudian dinobatkan menjadi pemain terbaik Afrika 2007

June 04, 2012

Nani, dari Imigran Jadi Pemain Andalan

Luis Carlos Almeida da Cunha alias Nani mengawali tahun-tahun pertama hidupnya dengan berat. Datang sebagai imigran, diabaikan dan ditinggal pergi kedua orangtuanya, serta hidup sebagai remaja miskin. Namun, Nani lalu tumbuh sebagai pemain andalan.

Nani lahir di Cape Verde, sebuah kepulauan kecil bekas jajahan Portugal, sekitar 570 kilometer dari lepas pantai Afrika Barat. Anak yang lahir pada 17 November 1986 itu dibawa hijrah ke Portugal pada saat bayi.

Dari pihak ibunya, Nani memiliki lima saudara dan sembilan saudara lainnya dari pihak ayahnya. Di keluarga imigran itu, Nani terabaikan dan ditinggal pergi kedua orangtuanya pada usia 12 tahun. Untungnya, Nani dirawat oleh bibinya, Antonia, di distrik miskin Amadora, pinggiran Lisabon. Nama ”Nani” didapat dari kakak perempuan tertuanya.

Saat masih bocah, Nani belajar sepak bola dari kakak lelakinya. Melihat permainan cantiknya, sang kakak membawa Nani mendaftar ke klub Real Massama pada usia 14 tahun.

Berada di klub profesional, permainan Nani meningkat dan menjadi anggota tim yunior. Di klub itu, Nani mendapat uang, makanan, dan dibantu pengurusan kartu identitas dan paspornya.

Kepiawaiannya membuat Nani dikontrak tim Sporting CP Yunior pada 2003 dan naik ke tim senior tahun 2005. Di Liga Portugal, Nani mampu bermain dengan cepat sebagai penyerang sayap. Pemain bertinggi 1,75 meter itu kerap merusak pertahanan lawan dengan akselerasi yang tinggi dan umpan-umpan tarik yang matang.

Nani mencetak sembilan gol dalam 58 laga bagi Sporting CP. Kemampuan individu yang tinggi dan kelincahannya bermain sebagai tim membuat klub raksasa Manchester United tertarik. MU membeli Nani dengan harga 25,5 juta euro (Rp 303,4 miliar) pada 2007. Sejak itu, Nani tampil bersama Cristiano Ronaldo yang pernah menjadi rekan setimnya di Sporting CP.

Di MU, permainan Nani semakin eksplosif. Pergerakannya semakin cepat dan mampu mengobrak-abrik pertahanan lawan. Nani menjadi salah satu pemain yang disukai Pelatih Alex Ferguson karena mampu melayani penyerang ujung tombak dan tajam mengeksekusi gol saat ada kesempatan. Di MU, Nani sudah dimainkan 124 kali dan mencetak 25 gol di berbagai kesempatan.

Di tim nasional Portugal, karier Nani di mulai tahun 2006. Nani dipanggil di tim nasional senior oleh Pelatih Luiz Felipe Scolari karena permainannya yang agresif. Keterampilannya di lapangan membuat Nani menjadi pilihan utama saat pelatih timnas berganti dengan Carlos Queiroz dan Paulo Bento.

Oleh Bento, Nani diandalkan sebagai penyerang sayap kanan. Dengan Ronaldo di sayap kiri dan Helder Postiga sebagai ujung tombak, Portugal mempunyai barisan depan yang tergolong tajam.

”Nani adalah tipe pekerja keras. Dia rajin mencari bola, melakukan penetrasi, dan melepaskan umpan atau mencetak gol. Tidak diragukan, Nani adalah pemain andalan Portugal,” kata Bento.